Minggu, 27 Oktober 2013

Vibrio parahaemoliticus


 Vibrio parahaemolicus adalah bakteri halofilik yang menyebabkan gastroenteritis akut sebagai akibat makanan yang terkontaminasi seperti ikan mentah atau kerang. Sebagai periode inkubasi selama 12-24 jam, terjadi mual dan muntah, kram perut, demam dan diare air, dan darah. Vibrio parahaemoliticus biasanya diidentifikasi melalui pertumbuhan oksidase positifnya pada agar darah (Salemba Medika, 2001).
Vibrio parahaemolyticus bila masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal, yang ditandai dengan muntah-muntah, diare, dan rusaknya pembuluh darah. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat dan negara-negara bagian Alabama, Florida, Louisiana, dan Texas memonitor bahwa setiap tahunnya sekitar 30 – 40 orang terinfeksi Vibrio parahaemolyticus (Daniels dkk, 2000).
Terdapatnya bakteri patogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh secara langsung dan berkembang biak bila kondisi perairan laut yang kurang  bersih. Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.

 Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, dengan kejadian tertinggi pada wilayah dimana orang gemar memakan seafood mentah. Vibrio paraharemoliticus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media deferensial yang bisa digunakan untuk Salmonella dan Shigella, tetapi dapat tumbuh dengan baik pada agar darah (blood agar). Mereka juga dapat tumbuh pada media TCBS dimana menghasilkan koloni yang berwarna hijau. Vibrio parahaemoliticus biasanya diidentifikasi melalui pertumbuhan oksidase positifnya pada agar darah (Salemba Medika, 2001).
  • Klasifikasi (Mikrobia, 2008).
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Famili : Vibrionacea
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio parahaemoliticus
  • Sifat dan morfologi
1. Sifat-sifat, struktur dan perwarnaan kuman batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 µm
2. Gerak sangat aktif dengan adanya flagel monotrik
3. Tidak membentuk spora 
4. Pada biakan lama, dapat menjadi berbentuk batang lurus
5. Gram Negatif 
6. pH optimum 7,6-9,0
7. Membutuhkan perbenihan selektif.
8. Halofilik (salt loving) membutuhkan minimal 2% NaCl. Biotip alginoliticus tahan sampai 11% NaCl, penting untuk membedakan dari biotip parahaemoliticus.
9. Pada agar TCBS membentuk koloni besar, smooth berwarna hijau (bedakan dari koloni V. cholera yang berwarna kuning).
10. Tingkat patogenitas mencapai waktu 9 - 15 menit, ini penting untuk epidemiologi gastroenteritis.
  • Patogenesis 
Patogenitas Vibrio parahaemoliticus di mulai dengan gejala dan tanda klinis serupa dengan yang disebabkan oleh Vibrio cholera, belum pernah dapat diisolasi enterotoksin Vibrio parahaemoliticus serta, 95%  isolat menujukan tes hemolisis kanagawa positif. Tes ini mendeteksi hemolisis yang beat stable, yang melisiskan eritrosit manusia dan kelinci tetapi tidak melisiskan eritrosit kuda.
Hubungan yang tepat antara hemolisis dengan enteropatogenik belum jelas. Hemolisin yang diberikan ke dalam usus kelinci menyebabkan kolera dan didapatkan adanya dilatasi dan generasi usus 
( Mikrobiologi kedokteran UI, 2001).
  • Epidemiologi
Terjadinya kasus epidemik yang besar dengan mengkonsumsi pangan laut yang terdeteksi hanya mengandung Vibrio parahaemoliticus dalam jumlah kecil dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Untuk Vibrio parahaemoliticus patogen, penelitian Osawa dan Yamai (1996) secara in vitro membuktikan bahwa kemampuan Vibrio parahaemoliticus patogen memproduksi tdh (Enzim yang dihasilkan Vibrio parahaemoliticus) dapat diperkaya oleh adanya asam empedu terkonjugasi, asam glikokolat dan asam taurokolat. Selain itu, diduga bahwa dosis infeksi dari strain patogen sangat rendah. Pertumbuhan Vibrio parahaemoliticus berlangsung cepat pada penyimpanan di suhu ruang dan dapat diperlambat atau diturunkan dengan penyimpanan di suhu rendah, jumlah Vibrio parahaemoliticus dapat diturunkan jika suhu penyimpanan adalah 40C, 00C, -180C, atau –24°C. Penurunan jumlah Vibrio parahaemoliticus sebesar 7% per-hari juga dilaporkan terjadi pada ikan yang disimpan pada kondisi komersial. Pada penelitian lain, pertumbuhan Vibrio parahaemoliticus didalam ikan diukur pada 26°C, menunjukkan peningkatan sebesar log 1.7 setelah penyimpanan 10 jam dan log 2.9 setelah penyimpanan 24 jam. Jika sampel ikan kemudian disimpan pada 3°C, maka jumlah Vibrio parahaemoliticus akan menurun sebesar log 0.8 setelah 14 hari penyimpanan. (Ilmu pangan, 2010).
  • Pencegahan, pengendalian dan pengobatan
Kebanyakan infeksi yang disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus  dapat dicegah dengan memasak makanan laut secara menyeluruh, terutama tiram. Infeksi luka dapat dicegah dengan menghindari paparan dari luka terbuka untuk air laut hangat. Ketika wabah ini ditelusuri ke tempat hidup tiram, pejabat kesehatan merekomendasikan penutupan tempat hidup tiram sampai kondisi kurang menguntungkan bagi Vibrio parahaemolyticus. Tidak ada bukti bahwa pengobatan antibiotik mengurangi keparahan atau panjang penyakit. Pasien harus minum banyak cairan untuk mengganti cairan yang hilang karena diare (Ilmu pangan, 2010 ).
  • Teknik pemeriksaan bakteri Vibrio parahaemoliticus
Teknik pemeriksaan untuk bakteri Vibrio parahaemoliticus dapat dilakukan dengan cara isolasi, identifikasi, dan reaksi biokimia (Soemarno, 2000).
2.2.8 Biakan / pertumbuhan
Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C, pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99. Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37°C) dengan waktu generasi hanya 9–10 menit.
  • Gambar Vibrio Parahaemoliticus pada Media TCBS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar